Seputarian – Wakil Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Arrmanatha Nasir, hadir dalam Pertemuan Menteri Luar Negeri MIKTA (MIKTA Foreign Ministers’ Meeting/FMM) ke-27 yang berlangsung di Johannesburg, Afrika Selatan. Acara ini diadakan bertepatan dengan forum G20 FMM dan menjadi momen strategis bagi negara-negara anggota MIKTA untuk memperkuat komitmen mereka dalam menghadapi tantangan global yang semakin kompleks. Pertemuan tersebut dilaksanakan pada 20 Februari 2025, menghadirkan berbagai isu penting yang menjadi fokus negara-negara anggota.
Salah satu agenda utama dalam pertemuan ini adalah serah terima keketuaan MIKTA dari Meksiko kepada Korea Selatan. Arrmanatha Nasir, yang akrab disapa Wamenlu Tata, memberikan apresiasi tinggi atas kepemimpinan Meksiko selama satu tahun terakhir. Menurutnya, Meksiko telah berhasil menjalankan tanggung jawabnya dengan baik, khususnya dalam memperkuat kolaborasi antaranggota dalam berbagai isu global.
Dalam forum tersebut, Wamenlu Tata menyoroti perlunya reformasi mendesak dalam sistem tata kelola global. Ia mengungkapkan bahwa mekanisme multilateral saat ini sering kali dimanfaatkan hanya untuk kepentingan tertentu. Oleh karena itu, MIKTA dinilai harus berada di garda terdepan dalam mendorong terciptanya sistem internasional yang lebih inklusif, responsif, dan adaptif. Menurutnya, peran aktif negara-negara anggota MIKTA sangat dibutuhkan untuk menciptakan tatanan global yang adil dan efektif dalam menghadapi tantangan internasional.
Selama sesi diskusi, seluruh menteri luar negeri dari negara anggota MIKTA sepakat bahwa sistem multilateral saat ini belum optimal dalam merespons berbagai tantangan global. Oleh karena itu, implementasi UN Pact for the Future dianggap sangat penting untuk memperkuat efektivitas sistem internasional yang lebih baik.
Selain membahas tata kelola global, MIKTA juga menegaskan komitmennya untuk memperkuat koordinasi, terutama dalam memastikan keberlanjutan agenda negara-negara berkembang di berbagai forum internasional. Fokus utama yang diusung meliputi isu ekonomi berkelanjutan, transformasi digital yang inklusif, serta hak pembangunan yang adil bagi semua negara. Komitmen ini dianggap penting untuk mendorong keseimbangan pembangunan di tengah tantangan global yang semakin kompleks.
Wamenlu Tata juga menegaskan pentingnya diversifikasi kemitraan global sebagai salah satu strategi utama dalam menghadapi ketidakpastian internasional. Sebagai kelompok middle power yang lintas kawasan, MIKTA memiliki potensi strategis dalam membangun tatanan global yang lebih representatif dan berkeadilan. Dalam pernyataannya, ia menekankan bahwa negara-negara anggota MIKTA memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa kepentingan seluruh negara, khususnya negara-negara berkembang, tetap diperhatikan dalam forum internasional.
Pertemuan ini menghasilkan Joint Communiqué yang memuat komitmen bersama anggota MIKTA terhadap prinsip-prinsip demokrasi, supremasi hukum internasional, dan penguatan multilateralisme. Selain itu, pernyataan bersama ini juga menyoroti pentingnya penyelesaian konflik secara damai, termasuk mendukung upaya perdamaian di kawasan Palestina, terutama di Gaza, yang tengah menghadapi krisis kemanusiaan yang mendalam.
Isu perlindungan hak asasi manusia (HAM) turut menjadi fokus utama dalam komitmen tersebut. Negara-negara anggota MIKTA menegaskan dukungan mereka terhadap perlindungan hak pekerja migran serta memperkuat peran perempuan dalam pembangunan global. Penguatan peran perempuan dinilai penting untuk menciptakan keseimbangan dan inklusivitas dalam pembangunan ekonomi, sosial, dan politik.
Selain itu, MIKTA sepakat untuk terus memperkuat kolaborasi dalam menangani berbagai tantangan global, mulai dari krisis iklim hingga transformasi digital. Negara-negara anggota MIKTA dipandang memiliki peran vital dalam memastikan bahwa tatanan dunia yang baru akan dibangun di atas prinsip keadilan, inklusivitas, dan kesetaraan.
Sebagai forum kerja sama yang terdiri dari Meksiko, Indonesia, Korea Selatan, Turki, dan Australia, MIKTA memiliki posisi strategis sebagai middle power yang dapat menjembatani kepentingan negara-negara maju dan berkembang. Forum ini terus berupaya membangun kolaborasi yang lebih erat untuk menghadapi tantangan global secara kolektif.
Partisipasi aktif Indonesia dalam forum ini menunjukkan komitmen kuat pemerintah dalam memperjuangkan kepentingan negara-negara berkembang di kancah internasional. Indonesia bertekad untuk terus memainkan peran aktif dalam memperkuat sistem multilateral global, serta mendorong kerja sama internasional yang lebih inklusif dan berkeadilan.
Dengan berlangsungnya pertemuan MIKTA ke-27 ini, diharapkan bahwa kolaborasi antara negara-negara anggota dapat terus diperkuat, menciptakan sinergi yang lebih baik untuk menghadapi tantangan global di masa mendatang. Tindakan nyata yang dihasilkan dari pertemuan ini diharapkan dapat membawa perubahan positif, tidak hanya bagi anggota MIKTA, tetapi juga bagi komunitas internasional secara keseluruhan.
Leave a Reply