Seputarian

Media Fakta Tebaru

Budaya Agraris dan Diversifikasi Pangan: Upaya Mewujudkan Ketahanan Pertanian di Indonesia

Budaya Agraris dan Diversifikasi Pangan

Seputarian – Persoalan pertanian di Indonesia dinilai tidak dapat dilepaskan dari budaya yang telah mengakar dalam kehidupan masyarakat. Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Kebudayaan (Menbud) sekaligus Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (DPN HKTI) Fadli Zon dalam acara pembukaan Sekolah Tani ke-II di Jakarta. Ia menjelaskan bahwa budaya agraris telah menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat Indonesia sejak dahulu kala.

Menurutnya, setiap proses dalam pertanian, baik saat penanaman maupun panen, selalu disertai dengan berbagai ritual dan doa sebagai bentuk penghormatan kepada Tuhan dan alam yang memberikan kesuburan. Beragam kearifan lokal terkait pertanian dapat ditemukan di berbagai daerah, mulai dari Aceh hingga Papua.

Sebagai salah satu contoh nyata, Bali memiliki sistem pengairan tradisional yang dikenal sebagai subak. Sistem ini telah digunakan secara turun-temurun dalam mengatur irigasi untuk menanam padi dan dianggap sebagai salah satu praktik terbaik dalam pengelolaan sumber daya air. Fadli Zon menyatakan bahwa subak bukan hanya sekadar sistem irigasi, tetapi juga bagian dari kearifan lokal yang telah mendapatkan pengakuan dunia. UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) bahkan menetapkan subak sebagai warisan budaya dunia (world heritage).

Selain itu, pangan juga disebut sebagai bagian dari pemajuan kebudayaan yang telah diatur dalam Undang-Undang (UU) Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Dengan mempertimbangkan hal tersebut, Kementerian Kebudayaan berkomitmen untuk mendukung berbagai program pertanian yang memiliki keterkaitan erat dengan budaya.

Salah satu langkah yang dinilai penting dalam pengembangan sektor pertanian adalah diversifikasi pangan. Menurut Fadli Zon, konsumsi makanan yang berasal dari berbagai jenis bahan pangan lokal perlu lebih diperhatikan dan dikembangkan. Ia menjelaskan bahwa masyarakat Indonesia sebenarnya memiliki banyak pilihan pangan selain beras, seperti jagung, sagu, dan sorgum. Oleh karena itu, memperkenalkan dan meningkatkan konsumsi pangan lokal diyakini dapat membantu menciptakan ketahanan pangan yang lebih baik.

Lebih lanjut, Fadli Zon menegaskan bahwa diversifikasi pangan tidak hanya bertujuan untuk memperbanyak pilihan makanan bagi masyarakat, tetapi juga sebagai bagian dari strategi untuk mencapai swasembada pangan. Menurutnya, swasembada pangan tidak hanya tentang ketersediaan bahan makanan, tetapi juga berkaitan dengan kedaulatan pangan dan pengakuan terhadap sumber pangan lokal.

Kolaborasi dengan Kementerian Pertanian menjadi salah satu langkah yang akan dilakukan guna mewujudkan ketahanan pangan berbasis kearifan lokal. Pemerintah berencana untuk terus mendorong masyarakat agar lebih banyak mengonsumsi pangan alternatif selain beras, sehingga ketergantungan terhadap satu jenis sumber karbohidrat dapat dikurangi.

Dengan menggabungkan aspek budaya dan inovasi dalam pertanian, diharapkan pertanian Indonesia dapat berkembang lebih maju dan berkelanjutan. Keberagaman pangan yang dimiliki bangsa ini diharapkan mampu menjadi kekuatan dalam menghadapi berbagai tantangan di sektor pertanian dan ketahanan pangan di masa depan.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *