Seputarian

Media Fakta Tebaru

Kekhawatiran Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi Tekan Bursa Saham AS

Bursa saham AS mengalami tekanan berat

Seputarian – Pasar saham Amerika Serikat (AS) mengalami tekanan signifikan pada perdagangan Jumat waktu setempat. Pelemahan ini dipicu oleh data ekonomi yang tidak memenuhi ekspektasi, yang kemudian meningkatkan kekhawatiran mengenai inflasi dan perlambatan pertumbuhan ekonomi. Kondisi tersebut mendorong banyak investor untuk memindahkan dananya ke aset yang dianggap lebih aman.

Berdasarkan laporan dari Xinhua pada Sabtu, 22 Februari 2025, indeks utama di Wall Street mencatatkan kerugian besar. Dow Jones Industrial Average dilaporkan turun drastis sebesar 748,63 poin, yang setara dengan penurunan 1,69 persen, sehingga indeks ini ditutup pada level 43.428,02. Selama dua hari terakhir, total penurunan indeks ini mencapai lebih dari 1.200 poin.

Saham milik UnitedHealth diketahui menjadi salah satu penyebab utama penurunan ini. Nilai saham perusahaan tersebut terjun hingga 7,17 persen, mencatatkan penurunan harian terburuk sejak Maret 2020. Kejatuhan harga saham ini terjadi setelah muncul laporan bahwa perusahaan asuransi tersebut sedang menjadi objek penyelidikan oleh Departemen Kehakiman AS.

Sementara itu, S&P 500 juga mengalami tekanan besar dengan penurunan 104,39 poin atau setara dengan 1,71 persen, sehingga indeks ini turun menjadi 6.013,13. Penurunan ini menjadi yang terburuk dalam dua bulan terakhir. Dari 11 sektor utama dalam indeks S&P 500, 10 sektor tercatat berada di zona merah. Sektor konsumen diskresioner dan teknologi memimpin pelemahan dengan penurunan masing-masing sebesar 2,77 persen dan 2,45 persen. Di sisi lain, hanya sektor kebutuhan pokok konsumen yang berhasil mencatatkan kenaikan, yakni sebesar 1,00 persen.

Nasdaq Composite pun tidak terhindar dari gelombang pelemahan. Indeks ini merosot 438,36 poin atau sekitar 2,20 persen dan ditutup di angka 19.524,01. Sentimen negatif ini diperparah oleh prospek yang dirilis oleh Walmart sehari sebelumnya, yang telah memicu tekanan di pasar. Kondisi semakin memburuk setelah hasil survei terbaru dari Universitas Michigan menunjukkan kekhawatiran yang meningkat di kalangan konsumen AS.

Data ekonomi terbaru turut memperdalam kekhawatiran investor. Indeks sentimen konsumen mengalami penurunan tajam sebesar 10 persen, turun menjadi 64,7 pada Januari. Angka ini jauh lebih rendah dari yang diperkirakan sebelumnya dan mencerminkan meningkatnya kecemasan terhadap inflasi. Survei tersebut juga menunjukkan bahwa prospek inflasi lima tahun ke depan mencapai 3,5 persen, level tertinggi yang tercatat sejak 1995.

Selain itu, penjualan rumah di AS tercatat lebih rendah dari yang diperkirakan, dengan hanya mencapai 4,08 juta unit. Indeks manajer pembelian (PMI) sektor jasa di AS juga terjun ke wilayah kontraksi pada Februari, yang mengindikasikan potensi pelemahan ekonomi di masa mendatang.

Chris Williamson, Kepala Ekonom Bisnis di S&P Global Market Intelligence, menyampaikan bahwa sejumlah perusahaan mulai melaporkan kekhawatiran yang luas terkait dampak kebijakan pemerintah federal. Faktor-faktor seperti pemotongan belanja, tarif impor, serta ketidakpastian geopolitik menjadi perhatian utama. Ia menambahkan bahwa penjualan terdampak oleh ketidakpastian politik yang terus berubah, sementara harga-harga naik seiring dengan kenaikan biaya dari pemasok akibat tarif.

Sebagai respons terhadap kondisi pasar yang memburuk, investor mulai beralih ke aset yang dianggap lebih aman. Hal ini terlihat dari turunnya imbal hasil obligasi Treasury AS bertenor 10 tahun menjadi 4,425 persen pada pukul 4:18 sore waktu setempat. Selain itu, nilai tukar yen Jepang menguat terhadap dolar AS, menunjukkan adanya peningkatan permintaan terhadap aset safe haven.

Tom Fitzpatrick, Direktur Pelaksana di R.J. O’Brien and Associates, mengungkapkan bahwa kondisi saat ini menunjukkan tanda-tanda tekanan yang semakin jelas. Ia menyebutkan bahwa meskipun terlalu dini untuk membuat kesimpulan, pergerakan pendapatan tetap di pasar memberikan sinyal bahwa situasi ekonomi mungkin tidak sekuat yang diperkirakan sebelumnya.

Secara keseluruhan, kondisi pasar saham AS saat ini mencerminkan kecemasan mendalam investor terhadap inflasi yang terus membayangi serta potensi perlambatan ekonomi yang lebih luas. Dalam situasi yang penuh ketidakpastian ini, pelaku pasar tampaknya mulai lebih berhati-hati, memilih untuk mengalihkan dana mereka ke aset yang dianggap lebih stabil dan aman.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *