Seputarian – Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Tokyo menyatakan keyakinannya bahwa kualitas produk pertanian Indonesia dapat meningkat melalui Program Training Indonesian Young Farmer Leader (IYFAL) Batch ke-39. Program ini, yang berlangsung setiap tahun selama 11 bulan di Jepang, bertujuan untuk membekali petani muda Indonesia dengan keterampilan pertanian modern.
Optimisme tersebut disampaikan oleh Duta Besar Republik Indonesia untuk Jepang, Heri Akhmadi, saat menyambut 17 peserta IYFAL Batch ke-39 dalam kunjungan mereka ke KBRI Tokyo pada Kamis, 20 Februari 2025. Dalam kesempatan itu, ia menyampaikan harapan agar ilmu yang diperoleh dari pelatihan ini dapat segera diterapkan di daerah asal masing-masing peserta.
Menurut Dubes Heri, tidak semua petani memiliki kesempatan untuk belajar langsung di negara dengan teknologi pertanian yang sangat maju seperti Jepang. Oleh karena itu, ia mengingatkan peserta agar memanfaatkan pengalaman tersebut sebaik mungkin. Selain itu, ia juga menyoroti bahwa Jepang dikenal memiliki efisiensi produksi yang tinggi serta sistem pertanian berkelanjutan yang dapat dijadikan referensi bagi para petani muda Indonesia.
Lebih lanjut, Dubes Heri mengungkapkan bahwa sekitar 63 persen kebutuhan pangan di Jepang masih bergantung pada impor. Fakta ini menunjukkan adanya peluang besar bagi produk pertanian Indonesia untuk memasuki pasar Jepang. Namun, ia juga menekankan bahwa Jepang memiliki standar keamanan pangan yang sangat ketat, sehingga diperlukan peningkatan kualitas produk pertanian agar dapat memenuhi persyaratan ekspor ke negara tersebut.
Pelatihan ini diharapkan mampu membantu petani muda dalam memahami standar dan teknologi yang diterapkan di Jepang, sehingga kualitas hasil pertanian Indonesia dapat lebih bersaing di pasar global. Selain itu, Dubes Heri menambahkan bahwa program ini dapat mempererat kerja sama antara Indonesia dan Jepang dalam bidang pertanian, terutama dalam hal pertukaran pengetahuan, teknologi, serta jaringan usaha tani.
Dalam kesempatan yang sama, salah seorang peserta pelatihan, Zulkifli Mubarak, petani asal Sulawesi Selatan, mengungkapkan rasa antusiasnya terhadap program ini. Ia mengungkapkan bahwa dirinya ditempatkan di daerah pertanian sayuran di Toyoakeshi, Prefektur Aichi, di mana ia mempelajari teknik menanam tomat dan sayuran lainnya. Zulkifli berencana untuk mencoba menanam tomat dan melon setelah kembali ke Indonesia. Selain itu, ia ingin menguji coba metode penanaman tomat berukuran kecil seperti yang diterapkan di Jepang.
Sementara itu, Muhammad Roisul Amin, petani asal Probolinggo yang ditempatkan di Hashimoto, Wakayama, berkesempatan untuk mendalami budidaya padi dan peternakan ayam. Ia menyatakan ketertarikannya untuk mengembangkan peternakan ayam dengan kapasitas 300 ekor, terutama dalam upaya meningkatkan kualitas ayam petelur.
Program IYFAL sendiri telah berjalan sejak tahun 1984 sebagai bagian dari upaya peningkatan kapasitas petani muda melalui pelatihan dan magang di Jepang. Hingga saat ini, lebih dari 1.500 petani muda telah mengikuti program ini dan tergabung dalam Ikatan Alumni Magang Jepang (IKAMAJA).
Sebelum diberangkatkan ke Jepang, peserta diwajibkan mengikuti pendidikan dan pelatihan pemantapan selama 21 hari. Pelatihan ini mencakup materi bahasa dan budaya Jepang, pelatihan fisik, mental, dan disiplin (FMD), serta agribisnis modern. Semua kegiatan tersebut diselenggarakan di balai pelatihan milik Kementerian Pertanian di Ciawi, Bogor, dengan dukungan dari IKAMAJA.
Melalui program ini, para petani muda diharapkan dapat meningkatkan keterampilan mereka dalam teknologi pertanian modern, efisiensi produksi, serta manajemen agribisnis. Selain itu, pelatihan ini juga bertujuan untuk mendorong regenerasi petani dengan memberikan pengalaman langsung dari negara maju, sehingga dapat diterapkan di Indonesia untuk meningkatkan daya saing sektor pertanian nasional.
Dengan adanya pelatihan ini, diharapkan petani muda Indonesia tidak hanya memperoleh ilmu baru, tetapi juga mampu mengembangkan inovasi di sektor pertanian. Penerapan teknologi dan sistem pertanian modern yang mereka pelajari di Jepang diharapkan dapat menjadi solusi bagi berbagai tantangan pertanian di Indonesia, serta meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil pertanian dalam negeri.
Leave a Reply